Home

Selasa, 10 April 2012

Tujuan Bimbingan di Sekolah Dasar

1
Menyebutkan Tujuan Bimbingan di Sekolah Dasar
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial).
Bimbingan di Sekolah Dasar diutamakan untuk menciptakan suasana yang kondusif, membangun hubungan emosional yang sehat untuk menjadikan siswa senang belajar, karena kunci untuk membangun ikatan emosional dalam belajar adalah dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Jika suasana di atas telah berkembang maka akan memudahkan guru untuk mencapai tujuan belajar. Untuk mencapai tujuan itu, maka tujuan bimbingan di Sekolah Dasar oleh Prayitno (1997:63) adalah agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa Sekolah Dasar dapat berkembang secara optimal. Secara khusus tujuan ini dirinci sebagai berikut :
1.      Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
3.      Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
4.      Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
5.      Belajar menjadi pribadi yang mandiri
6.      Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan dan kehidupan
7.      Mengembangkan kata hati, moral, nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
8.      Membina hidup sehat, untuk diri sendiri dan lingkungan
9.      Menuntun agar mereka belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya
10.  Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial
11.  Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan





2
Menjelaskan Tujuan Bimbingan di Sekolah Dasar
1. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Sebagai anak yang tengah berada dalam tahap pemikiran operasional konkret, maka anak-anak usia SD akan memahami segala sesuatu yang abstrak dengan interpretasi secara konkret. Hal ini juga berpengaruh terhadap pemahamannya mengenai konsep-konsep keagamaan. Misalnya gambaran tentang Tuhan, pada awalnya anak-anak akan memahami tuhan sebagai sebuah konsep konkret yang mempunyai perwujudan real, serta memiliki sifat pribadi seperti manusia. Namun seiring perkembangan kognitifnya, konsep ketuhanan yang bersifat konkret ini mulai berubah menjadi abstrak. Dengan demikian, gagasan-gagasan keagamaan yang bersifat abtrak dipahami secara konkret, seperti tuhan itu satu, tuhan itu amat dekat, tuhan itu ada dimana-mana, mulai dapat dipahami.
2.  Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
Pada usia 6- 12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Anak belajar mengembangkan tiga keterampilan dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. Karena untuk dapat hidup di masyarakat berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar, karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung.
3.  Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
Apabila kita sudah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium dan mengalami, tinggallah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu disebut konsep (tanggapan). Demikianlah kita mempunyai tanggapan tentang Ayah, Ibu, rumah, pakaian, buku dan sekolah dan juga mengenai gerak gerik yang dilakukan seperti berbicara, menulis, berjalan. Bertambahnya pengalaman akan menambah perbendaharaan konsep pada anak. Semakin bertambah pengetahuan, semakin besar pula konsep yang diperoleh.
4.  Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru dan teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang karena secara kebetulan temannya itu berbudi baik atau tidak senang karena teman sepermainannya suka mengganggu atau nakal
5.  Belajar menjadi pribadi yang mandiri
Hakikat tugas ini adalah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri, dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang dari pengaruh orang tua dan orang lain.
6.  Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan dan kehidupan
Melalui pertumbuhan fisik dan otak anak, belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan makin cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, senam pagi dan permainan-permainan ringan.
7.  Mengembangkan kata hati, moral, nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap aturan agama disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Hal ini berhubungan dengan masalah benar salah, boleh tidak, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk dan sebagainya.
8.  Membina hidup sehat, untuk diri sendiri dan lingkungan
Hakikat tugsa ini adalah mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan meliputi kebersihan, keselamatan diri dan kesehatan serta mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajah maupun postur tubuhnya) secara positif.
9.  Menuntun agar mereka belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya
Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan semakin tampak. Dari segi permainan akan tampak bahwa permainan yang dilakukan akan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Misalnya anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainan yang khas laki-laki seperti bermain kelereng, layangan ataupun bola.
10.  Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial
Hakikat tugas ialah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai orang lain. Umpamanya mengembangkan sikap tolong menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak orang lain.
11.  Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan
Dimana anak mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, pandangan khas, minat, dan kebutuhan serta membentuk pemahaman yang umum dalam memahami dunia pekerjaan. Anak akan berupaya untuk mengeksplorasi lingkungan yang dapat dijadikan media pembelajaran kearah memperoleh informasi karir, peniruan, penemuan figur orang dewasa yang sesuai dengan minat.

3
Menjabarkan tujuan bimbingan dalam kehidupan siswa Sekolah Dasar
1.      Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dalam menanamkan dan mengembangkan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guru pembimbing hendaknya sudah memilki kebiasaan melakukan persembahyangan sesuai dengan agama yang diyakini sehingga dapat dijadikan contoh dan teladan bagi siswa SD.
Penanaman dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa juga dapat direalisasikan dengan mengajak siswa Hindu misalnya Tri Sandhya pada pagi sebelum pelajaran dimulai dan siang hari ketika hendak pulang sekolah, dan siswa yang non hindu berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Pada hari raya purnama dan tilem diterapkan peraturan agar siswa yang beragama hindu berpakaian adat bali dan melaksanakan persembahyangan bersama-sama.
Dengan melakukan hal ini diharapkan nilai dan kebiasaan ini dapat lebih ditanamkan kepada siswa.
2.      Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
Guru memiliki kewajiban dalam mengembangkan keterampilan dasar yang nantinya berguna di dalam masyarakat. Mengembangkan keterampilan dasar diatas tentu sudah tercantum dalam kurikulum. Misalnya membaca dan menulis dalam pelajaran bahasa indonesia, dan berhitung dalam pelajaran matematika. Berdasarkan pengalaman, siswa seringkali merasa bosan dan susah menangkap materi yang diajarkan oleh guru. Padahal jika keterampilan dasar ini tidak dikuasai dengan baik, siswa akan mengalami kesulitan dalam menempuh kelas selanjutnya. Untuk menanggulangi hal tersebut, dalam mengembangkan keterampilan dasar diatas guru harus lebih kreatif dan mampu menarik minat siswa dalam belajar misalnya mengembangkan membaca, menulis dan berhitung dengan cara belajar sambil bermain karena karakteristik anak usia SD masih suka bermain.
Misalnya penggunaan ular tangga dalam pembelajaran menulis. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil lalu setiap orang memiliki kesempatan untuk melempar dadu. Jika nilai dadu yang diperoleh menunjuk pada angka 6, berarti siswa di minta menyelesaikan soal yang ada di nomor enam. Contoh soalnya, susunlah huruf-huruf ini menjadi sebuah kata atau susunlah kata-kata ini menjadi kalimat. Demikian juga dalam belajar berhitung, untuk setiap nomor yang keluar siswa akan menjawab pertanyaan yang sudah di siapkan guru misalnya berapakah hasil dari 3 + 5. Dan dalam belajar membaca, guru menyediakan kalimat untuk dibaca misalnya aku memiliki seekor anjing. Dengan metode belajar sambil bermain ini dharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami keterampilan dasar seperti membaca, menghitung, dan menulis.
3.      Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
Dalam mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat dan sebagainya. Guru dalam mendidik/mengajar di sekolah sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk : (a). Banyak melihat, mendengar dan mengalami tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan bermasyaraka (b).      Banyak membaca buku atau media cetak lainnya.
4.      Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
Guru berperan besar dalam menjembatani siswa-siswa dalam pergaulan tanpa membeda-bedakan antara siswa satu dengan siswa yang lain. Cara yang ditempuh misalnya dengan membentuk kelompok-kelompok kecil selama pembelajaran berlangsung dan bersifat heterogen. Tentunya setiap harinya kelompok-kelompok itu berbeda sehingga dengan cara yang demikian siswa diharapkan saling mengenal satu dengan yang lainnya.
Setelah siswa saling mengenal, tugas selanjutnya dalam membelajarkan siswa untuk bekerja dalam kelompok adalah dengan cara membentuk kelompok belajar sesuai
5.      Belajar menjadi pribadi yang mandiri
Siswa yang belum mandiri memang akan mengalami kesulitan dalam memulai belajar  atau sekolah sehingga guru berperan besar dalam mengajarkan kemandirian kepada siswa. Salah satu cara guru agar siswa mampu menjadi pribadi yang mandiri diantaranya guru menerapkan cara belajar yang demokratis seperti memberikan kebebasan pada siswa untuk berpendapat dan mempertahankan pendapatnya saat proses belajar di dalam kelas. Dalam pelajaran matematika misalnya, kebebasan yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat diwujudkan melalui kebebasan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan cara-cara yang siswa miliki dam cara-cara tersebut dirasa memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas.
Atau dalam pelajaran kesenian misalnya menggambar, mengajarkan kemandirian kepada siswa dapat diwujudkan dengan memberikan kebebasan kepada siswa mengenai apa yang ingin digambar atau kebebasan dalam pemilihan warna. Contoh : siswa A ingin menggambar pemandangan, siswa B ingin menggambar bunga.
6.      Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan dan kehidupan
Keterampilan fisik biasanya diajarkan kepada siswa pada mata pelajaran penjaskes yang biasanya berupa berlari, menangkap bola, menendang bola. Keterampilan fisik berguna bagi kehidupan siswa, terutama untuk berinteraksi dengan anak-anak saat bermain bersama. Untuk mendapatkan fisik yang sehat bisa dilatih dengan kegiatan olahraga. Bentuk kegiatan olahraga akan melahirkan semangat yang positif. Dengan begitu sangat baik untuk menunjang fisik dan perkembangan otak. Tak hanya itu saja, olahraga juga membantu anak dalam bersosialisasi terutama dalam olahraga yang membutuhkan kerjasama antar tim sehingga guru hendaknya lebih banyak memberikan jenis-jenis olahraga yang membutuhkan kerjasama antar tim seperti sepak bola untuk siswa laki-laki, olahraga basket kepada siswa putra ataupun putri, bisa juga dengan permainan sederhana seperti permainan selodor.
Dari kegiatan ini banyak yang bisa diperoleh anak, yaitu olahraga berfungsi sebagai sarana rekreasi dan hiburan. Saat mengikuti pertandingan olah raga, anak-anak belajar untuk menerima kekalahan dan mengakui kemenangan lawan tandingnya. Semakin sering latihan dan bertanding, semakin terlatih pula mental mereka.
7.      Mengembangkan kata hati, moral, nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
Dalam mengembangkan kata hati, moral, nilai-nilai sebagai pedoman perilaku kepada siswa hendaknya diajarkan menggunakan ilustrasi-ilustrasi ataupun cerita. Seperti cerita pinokio yang hidungnya panjang jika berbohong. Selain itu juga pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai dapat pula diajarkan dalam bentu penyajian lagu-lagu.
8.      Membina hidup sehat, untuk diri sendiri dan lingkungan
Mengajari anak untuk menjalani pola hidup sehat memang gampang-gampang susah, apalagi bila anak belum memahami betul keuntungan yang bisa dipetik dari pola hidup tersebut. Guru harus sabar dan telaten mengajari mereka. Yang penting jangan pernah putus asa untuk membiasakan hidup bersih pada siswa. Guru harus menjadi contoh. Siswa perlu dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bisa diawali dengan teladan dari guru. Guru memberi contoh membina hidup sehat seperti tidak membuang sampah sembarangan. Guru juga mengerahkan siswa untuk berperan aktif mencegah terjadinya kondisi tidak sehat. Upaya yang bisa dilakukan di antaranya dengan melakukan penyuluhan. Tujuannya agar anak mengerti bagaimana menjaga lingkungan sekolah agar tetap sehat. Menjaga kesehatan di sekolah bisa dimulai dari ruang kelas lalu berkembang ke halaman sekolah dan mampu menerapkannya di rumah dan lingkungan rumah. Agar anak lebih memahami pentingnya kesehatan dan mengajaknya berperan aktif, guru hendaknya mengajak anak bergabung dengan unit kesehatan sekolah (UKS). Tujuannya agar mereka mengerti seperti apa mewujudkan lingkungan yang sehat. Selain mengikuti kegiatan UKS, anak juga bisa diajak untuk memilih kegiatan ekstrakulikuler dokter kecil. Dengan kegiatan dokter kecil, anak dapat membangun perilaku hidup bersih dan sehat. Bahkan, anak dapat menjadi penggerak hidup sehat juga membantu guru dan petugas kesehatan dalam melayani kesehatan. Dokter kecil juga dapat memberi contoh pada  teman-temannya untuk mencuci tangan sebelum menyantap “bekal” yang dibawa dari rumah. Ia dituntut selalu bersikap dan berperilaku sehat. Ia juga harus dapat menggerakkan teman-teman untuk berperilaku sehat dan bersih minimal untuk dirinya sendiri.
9.      Menuntun agar mereka belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya
Disini guru berperan dalam mengenalkan perilaku-perilaku yang berhubungan dengan jenis kelamin siswa. Misalkan mencontohkan cara duduk siswa perempuan yang tidak boleh sembarangan. Guru juga mengenalkan jenis-jenis pakaian yang umumnya dipakai oleh laki-laki maupun perempuan.
10.  Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial
Dalam mengembangkan sikap terhadap kelompok maupun lembaga sosial guru harus mengenalkan siswa dalam kelompok terlebih dahulu. Siswa diajarkan untuk bekerja dalam kelompok. Misalnya pada mata pelajaran kesenian khusunya menyanyi, guru membentuk beberapa kelompok-kelompok kecil dan masing-masing kelompok ditugaskan untuk memilih salah satu lagu wajib dan menyanyikannya didepan kelas. Melalui tugas tersebut siswa diajarkan untuk mengeluarkan pendapat, menerima pendapat orang lain, ataupun menyanggah pendapat tersebut sehingga akhirnya tercipta suatu keputusan akhir. Disini siswa diajarkan untuk tidak egois karena berpengaruh terhadap proses bergaul dengan teman sebayanya.
11.  Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan
Dalam mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan, guru hendaknya mengenalkan jenis-jenis profesi yang ada di masyarakat. Setelah mengenalkan jenis-jenis profesi kepada siswa, guru menanyakan cita-cita dari masing-masing siswa atau dapat pula memberikan tugas siswa mengenai cita-cita yang ditulis dalam selembar kertas lalu membacakannya di hadapan siswa-siswa lain. Dengan pemahaman dan impian tersebut diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih baik lagi untuk mencapai cita-cita yang diinginkannya.

Referensi :

  • Sedanayasa, Gede. 2010. Bimbingan di Sekolah Dasar. Singaraja : Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar