Home

Minggu, 23 Desember 2012

Wanita Itu..

Sepandai pandai tupai melompat, suatu hari akan terjatuh pula.
"Ungkapan yang tepat" gumamku dalam hati ketika aku berhasil mengungkap rahasia yang slama ini dia sembunyikan dariku.
Bagaimana rasanya?
Senang? iya
Bangga? jelas
Sedih? sudah pasti.
Karena rahasia ini adalah sesuatu yang paling menyakitkan yang aku ketahui.
Sekian tahun bersama, ternyata aku sudah mengalaminya selama dua kali.  Apa yang salah pada diriku sehingga aku harus mengalaminya selama dua kali?
Wanita itu....jelas lebih cantik dariku
Wanita itu....jelas lebih pintar dariku
Wanita itu....jelas lebih putih dariku
Wanita itu....jelas lebih kaya dariku
Wanita itu....jelas lebih dekat dengannya
Wanita itu....jelas dan teramat jelas lebih sempurna dariku
tapi
Wanita itu....levelnya lebih rendah dariku
karena bagaimana bisa dia mencintai seorang laki-laki yang sudah berwanita
aku yakin dia tahu itu, dan
aku yakin dia tidak mau tahu dan menganggapnya sebagai angin lalu.
Berbahagialah anda berdua yang berbahagia diatas kesedihan orang lain.
Aku disini akan terus mengamati, seberapa lama kalian mampu menjalani hubungan itu.
Aku diam bukan berarti aku berhenti mengamati.
Dan ingat, hubungan yang berlandaskan tidak baik akan berakhir dengan hal yang tidak baik pula.

Kamis, 06 Desember 2012

nanti...


Mimpi indah yang dulu terasa sangat nyata seketika berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang mampu membuat air mata menetes kapan saja. Cinta yang dulu terasa indah seketika hilang entah kemana dan menjelma menjadi sebuah kebencian. Rindu yang dulu terasa menusuk kini berubah menjadi keengganan untuk bertemu. Semua itu adalah proses hidup yang katanya memang dijalani semua orang. Namun, jika boleh memilih, aku akan memilih untuk tidak menjalani proses tersebut. Memang rasanya kurang adil, tapi itulah pilihan dimana terkadang sesuatu yang kita pilih belum tentu itu yang akan kita jalani.
Ada kalanya, aku berpikir jernih dan setuju akan adanya proses yang tlah ku uraikan diatas. Karena, secara tidak langsung, sadar ataupun tidak menyadarinya proses tersebut tlah mendewasakanku. Menjadikanku pribadi yang lebih kuat (belum tentu menjadi lebih baik). Proses itu akan mendekatkanku akan kekuatan besar yang menciptakanku. Aku juga lebih memiliki banyak waktu untuk keluarga dan teman-teman. Disaat seperti itu juga, aku menjadi tahu yang mana teman sejati yang ada disaat ku membutuhkannya.
Kadang aku merasa, kehilangan orang yang kita cintai membuat hidup hampa, kesepian, dan sebagainya. Memang awalnya benar adanya. Namun jika telusuri dan rasakan itu lebih dalam lagi, lebih banyak hal indah yang aku dapatkan dibandingkan hal menyedihkan. Tuhan itu adil, dan aku mempercayai itu. Disaat aku sebagai hambanya berada pada jurang kesedihan, Ia tidak akan membiarkan aku disana kesepian. Ucapkan saja "peluk aku sebentar, Tuhan. Aku begitu percaya akan keberadaanmu. Aku yakin, semua kesedihan ini tidak lain atas kehendakmu. Aku ikhlas, sungguh aku ikhlas. Ajarkan aku menerima kenyataan ini. Aku yakin, lambat laun aku akan mampu berlari meninggalkan jurang ini." maka dengan segera dia hadirkan orang-orang yang mampu menghiburku, menemaniku, membuatku tertawa dan melupakan kesedihanku. Percayalah, semua begitu indah. Sangat indah sampai aku tak mampu menuangkannya dalam rangkaian kata. Kepergian 1 orang yang kita cintai akan menghadirkan banyak orang yang mencintai kita. Bersedihlah jika banyak orang yang mencintai kita yang justru pergi meninggalkan kita.


Namun, pikiranku juga terkadang keruh sehingga aku juga pernah berpikir tidak menyetujui proses itu. Kenapa ada pertemuan jika ada perpisahan? Mengapa ada cinta jika akhirnya cinta itu lenyap entah kemana? Mengapa dengan mudah mengatakan cinta dan benci? Apakah cinta bisa hilang begitu saja? Mengapa kesibukan mampu mengubah cinta seseorang? Apakah jarak juga mempengaruhi cinta seseorang?
Begitu banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin kuajukan sebagai rasa ketidakpuasanku akan keadaan cinta. Semua terasa rumit, aneh dan tiba-tiba. Ingin ku maki seorang yang dulu mengatakan cinta namun kini cintanya hilang ntah kemana. Mengapa begitu mudah? sedangkan aku begitu sulitnya. Bukankah ini tidak adil? Dia berbahagia di atas kesedihan orang lain. Dia tidak pernah merasakan berada di posisiku. Bisa kupastikan dia mungkin mengalami hal yang lebih parah jika berada di posisiku sehingga Tuhan menghadiahkannya untukku. Tapi kenapa aku? apakah aku terlalu spesial sehingga aku harus menerima hadiah sepahit ini?

Proses itu sesuatu yang berat. Bahkan sangat teramat berat untuk menjalaninya. Kuncinya adalah, "tidak perlu dipikirkan, jalani saja, maka kamu akan merasa ringan. Beban akan terasa lebih berat jika dipikirkan bahkan jika dalam keadaan diam. Namun ia akan sedikit terasa ringan jika kita berjalan sedikit demi sedikit dan tidak memikirkan beratnya".
Aku belum sembuh benar dari luka akan kehilangan cintaku, aku juga belum sepenuhnya mampu melupakan sosoknya dan kenangan indah yang pernah aku lalui. Namun, aku cukup berani menulis ini karena aku yakin aku mampu melewati ini semua. Lihat saja, aku akan berhasil membawa beban berat ini sampai tujuan dan nantinya melangkah tanpa beban. Aku yakin, aku akan menemukan sosok yang dihadiahkan Tuhan atas keberhasilanku melewati ini semua. Kelak, jika aku berhasil aku akan tersenyum membaca sebuah tulisan untuk menyemangati diriku sendiri di tengah rapuhnya hatiku.


Semoga Tuhan selalu menemani setiap langkah kita :)